Senin, 20 Oktober 2014

Saya, ibu tidak bekerja

Beberapa waktu lalu, saya ditanya seorang teman semasa SMA yang lagi galau 'kenapa saya memilih tidak bekerja?' Dia galau dengan anggapan working mom is not good enough mom.

Saya nggak langsung menjawab karena alasan saya nggak bisa aplikatif buat orang lain kan? Salah-salah malah bikin tambah ruwet galaunya *kecup Desi*.

Well, kenapa saya tidak bekerja? Pertama, Karena itulah pilihan terbaik dari situasi saya. Suami saya sering mutasi. Kalo saya berganti pekerjaan tiap 3 tahun rasanya tidak masuk akal. Kedua, support system-nya tidak memungkinkan. Kalo saya bekerja, anak-anak sama siapa?! Jasa daycare di perantauan belum ada. Menggunakan jasa babysitter, well....to be honest selain mahal, saya nggak punya nyali meninggalkan anak-anak sama orang asing saja. Menggunakan jasa babysitter tapi tetap ada keluarga yang mengawasi menjadi kondisi ideal. Namun keadaan saya tidak bisa dibegitukan ^^. Kami hidup berjauhan dari keluarga. Eyang dan Andung LiLo bukan juga tipikal nenek mengasuh cucu. Kata mereka, 'ngapain? Wong ada bapak-ibu-nya' : )) Ketiga, karena kondisi lahir-batin saya tidak memungkinkan. Ya kan? Knowing your limit is the best way enjoy your life. Saya punya kelemahan perfectionist. Karena itu otaknya susah di partisi. I am not a multitasking person. Jadi kalo saya berperan ganda merasa ndak optimal. Menjadi tidak optimal tentu menyakitkan bagi saya ^^

Alhamdulillah kondisi saya memungkinkan saya untuk tidak bekerja. Kami bukan generasi sandwich. Dan tentu cita-cita saya dan suami menjadikan LiLo bebas dari generasi sandwich juga. Mengutip kalimat pak Naryo, 'anak itu tanggung jawab orangtua. Tapi orangtua bukan tanggung jawab anak (financially)'. Suami yang menjadi breadwinner satu-satunya dan pilihan saya tidak bekerja mengharuskan kami bijaksana secara financial. Named it dana darurat dan asuransi. And also wisely pick healthy lifestyle, baby.

Udah kelar ngejabarin yang di atas temanku nanya, 'kok alasannya ga demi golden age?'. Well, IMO being working mom or stay home mom nggak akan merubah kadar cinta, peduli, bla bla sama anak. All parents want the best for their children. No matter which path they choose or follow. Ngana pikir kalo ibu bekerja nggak peduli sama golden age?! Yaaa mungkin ada. Tapi one in a millions orangtua menginginkan bad things happened to their children. 

Termasuk nggak bekerja itu jadi shallow. Ohmagah. Shallow opo ndak itu pilihan lo keleus. Emang working mom ga ada yang shallow? Emang stay home mom semua nya oneng the latest info?! Soal ijazah tinggi kok dianggurin?! Err....IMO, end up-nya begimana pendidikan tinggi untuk perempuan is a MUST. Pendidikan mempengaruhi paradigma. Menurut ik ya bow. Dan jadi parents tetep kudu belajar. Parenting, healthy, kids education now day etc.

Seperti yang saya bilang di awal. Rumusan nggak bisa aplikatif di setiap kondisi setiap orang. Semua kembali ke masing-masing. Because we never walk in the same shoes honey. Setiap variable mempengaruhi setiap keputusan. Anyway....apapun keputusanmu keep happy keep grateful. And as a friend we better support. Critics is needed but judging?! Uhm....better not.

Oya one things, it's not our obligation to make others understand the purpose of our life. You just need embrace your life :*


Tidak ada komentar: