Beberapa
waktu lalu, saya ditanya seorang teman semasa SMA yang lagi galau 'kenapa saya
memilih tidak bekerja?' Dia galau dengan anggapan working mom is not good
enough mom.
Saya
nggak langsung menjawab karena alasan saya nggak bisa aplikatif buat orang lain
kan? Salah-salah malah bikin tambah ruwet galaunya *kecup Desi*.
Well,
kenapa saya tidak bekerja? Pertama, Karena itulah pilihan terbaik dari situasi
saya. Suami saya sering mutasi. Kalo saya berganti pekerjaan tiap 3 tahun
rasanya tidak masuk akal. Kedua, support system-nya tidak memungkinkan. Kalo
saya bekerja, anak-anak sama siapa?! Jasa daycare di perantauan belum ada.
Menggunakan jasa babysitter, well....to be honest selain mahal, saya nggak
punya nyali meninggalkan anak-anak sama orang asing saja. Menggunakan jasa
babysitter tapi tetap ada keluarga yang mengawasi menjadi kondisi ideal. Namun
keadaan saya tidak bisa dibegitukan ^^. Kami hidup berjauhan dari keluarga. Eyang
dan Andung LiLo bukan juga tipikal nenek mengasuh cucu. Kata mereka, 'ngapain?
Wong ada bapak-ibu-nya' : )) Ketiga, karena kondisi lahir-batin saya tidak
memungkinkan. Ya kan? Knowing your limit is the best way enjoy your life. Saya
punya kelemahan perfectionist. Karena itu otaknya susah di partisi. I am not a
multitasking person. Jadi kalo saya berperan ganda merasa ndak optimal. Menjadi
tidak optimal tentu menyakitkan bagi saya ^^
Alhamdulillah
kondisi saya memungkinkan saya untuk tidak bekerja. Kami bukan generasi
sandwich. Dan tentu cita-cita saya dan suami menjadikan LiLo bebas dari
generasi sandwich juga. Mengutip kalimat pak Naryo, 'anak itu tanggung jawab
orangtua. Tapi orangtua bukan tanggung jawab anak (financially)'. Suami yang
menjadi breadwinner satu-satunya dan pilihan saya tidak bekerja mengharuskan
kami bijaksana secara financial. Named it dana darurat dan asuransi. And also
wisely pick healthy lifestyle, baby.
Udah
kelar ngejabarin yang di atas temanku nanya, 'kok alasannya ga demi golden
age?'. Well, IMO being working mom or stay home mom nggak akan merubah kadar
cinta, peduli, bla bla sama anak. All parents want the best for their children.
No matter which path they choose or follow. Ngana pikir kalo ibu bekerja nggak
peduli sama golden age?! Yaaa mungkin ada. Tapi one in a millions orangtua
menginginkan bad things happened to their children.
Termasuk
nggak bekerja itu jadi shallow. Ohmagah. Shallow opo ndak itu pilihan lo
keleus. Emang working mom ga ada yang shallow? Emang stay home mom semua nya
oneng the latest info?! Soal ijazah tinggi kok dianggurin?! Err....IMO, end
up-nya begimana pendidikan tinggi untuk perempuan is a MUST. Pendidikan
mempengaruhi paradigma. Menurut ik ya bow. Dan jadi parents tetep kudu belajar.
Parenting, healthy, kids education now day etc.
Seperti
yang saya bilang di awal. Rumusan nggak bisa aplikatif di setiap kondisi setiap
orang. Semua kembali ke masing-masing. Because we never walk in the same shoes
honey. Setiap variable mempengaruhi setiap keputusan. Anyway....apapun
keputusanmu keep happy keep grateful. And as a friend we better support.
Critics is needed but judging?! Uhm....better not.
Oya
one things, it's not our obligation to make others understand the purpose of
our life. You just need embrace your life :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar