Pic From Here |
Suatu siang selesai anak-anak makan siang dan mereka lanjut bermain, saya biasanya ngawasi sambil rebahan dan memainkan handphone. Tiba-tiba si Yut - si mbah saya - bertanya : "Berapa sih harga tablet?" Saya menjawabnya sambil lalu: "Ya macem-macem". Lanjut lagi, "Kalo 1,5jtan kamu beli. Kukasih 3jt, ya kurang-kurang tambahi". Saya yang tadinya sambil lalu jadi nanggepin, "Buat apaan?". Ya, kirain aja si mbahku mau gaul geol gitu nenteng tablet. Jaman dulu dese nentengnya sabak kan? Mirip. Dijawab: "Buat Liam, Logan. Kalo pake punyamu nanti rusak". Daku tambah mengerutkan kening: "Ngapain?". Ternyata si mbahku yang insyallah berumur 86 tahun tahun ini lagi peer pressure permirsa. Anak-anak tetangga kalo main pada bawa tablet --" Usia mereka tentu lebih tua dibanding LiLo. Nah, secara sengaja mereka nunjukin ntahlah aplikasi apaan yang jelas kartun. So, biar nggak 'ketinggalan jaman' Liam Logan juga perlu dibelikan, Menurut Yut.
Hmmm.....Saya, suami mengakrabi teknologi. Kami memang tidak memberikan tablet dan kawan-kawannya secara sengaja, bukan untuk alasan rusak, seperti yang dikira si Yut. Tapi kami juga tidak mengharamkan LiLo mengutak-atik gadget kami. Ya gimana mo mengharamkan wong paparan itu ada. Ngelihat ortu, kung, tante, om, pakde, bahkan sepupunya ikrib. Tidak secara sengaja memperkenalkan karena saya takut :)) Takut bersaing sama layar bergerak-gerak atraktif. Saya suka sekali bercerita. Dan....kombinasi saya + buku, uhmmmm.....do we attractive enough?!
Tanpa sengaja dikenalkan, LiLo tahu cara membuat layar yang tadinya gelap bisa bersinar dan nampak gambar mama papanya gendong mereka (screen server). Sebelumnya saya tidak pernah membuat unlock pattern, tapi semenjak ada applikasi yang secara tidak sengaja terhapus, nelpon, bahkan nge-bbm ke beberapa kontak dengan kalimat aneh, saya pun membuat unlock pattern. Saya percaya tanpa diajari mereka bisa jika diberi kebebasan utak-atik. Toh segala macam gadget punya rules sama. Maksudnya kalo ke selanjutnya ya tekan next. I mean, rumusannya pasti. Sedangkan kalo berinteraksi dengan saya, kung, dll rumusnya nggak bisa sama. Memberlakukan A ke mama belum tentu hasilnya sama dengan memberlakukan A ke Kung. Did you get it what i mean? Jadi, daripada beli gadget mending beli sepeda.
Begitu pun dengan televisi. Saya sekarang sudah dengan sengaja nonton TV saat ada mereka. Mereka tidak pernah full pay attention walo yang diputar thomas, zoe, upin ipin. Paling yang ear or eyes catching bagi mereka. Macam anjing menyusui anaknya, atau Zoe lagi tap dancing. So, tidak secara sengaja mengenalkan segala rupa cartoon ataupun lagu-lagu via DVD. Saya mengenalkan lagu via telinga. Maksudnya setelin DVD tapi TVnya ndak nyala, kedegeran suara doang. Mereka tetap tune in, tuh. Pernah diajakin ke tempat permainan anak dan di sana diputar lagu Tasya, Libur telah tiba, mereka langsung mengenalin. Jadi, anggapan tanpa TV jadi kuper....takutan.....saya rasa kurang tepat.
Namun, saya sadar teknologi bukan musuh. Soon LiLo akan bersentuhan langsung. Tentu saya bertanggung jawab membuat mereka nyaman saat berkenalan dengan teknologi. Teknologi ada aturan. Kita belajar banyak dengan bantuan teknologi namun kita tidak boleh diperbudaknya.
*Puk-puk Yut, yang kuatir LiLo kuper* ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar