Sudah mau nulis ini sebelum tahun baru tapi kelupaan mulu. Hehehe....
Pasti udah pada tahu kan soal petisi acara YKS di Trans TV?! Jadi, beberapa saat yang lalu seorang teman memposting permintaan mengisi petisi ini di FB-nya. Tentu kemudian beberapa komentar mengikutinya. Kebanyakan sih setuju, he he he. Namun ada 2 komentar yang mengelitik saya. Yang pertama: Matiin aja TV. Repot amat ngisi petisi-petisi. Macam nggak ada lagi yang penting. Kedua, Makanya pake TV berbayar. Beres. Plakkk!!!
Saya bukan penonton acara tersebut. Tahu pun hanya sekilas-sekilas. Acara yang mengeksploitasi phobia talent-nya somehow too much, i think. Namun saya menandatangani petisinya. Dan saya yakin orang-orang yang menandatangani petisi itu bukan penonton sebenarnya. Ya nggak? Menurut ngana? Suami, kakak dan ipar, termasuk emak bapak saya juga bertanya, acara apa sih ini? Kok sampe merampok acara prime time. Bioskop Trans TV udah ndak ada to ya? Digeser acara ini? Intinya mereka juga protes. Suami saya malah komen: Ini orang creative di belakang acara ini pasti creative, tapi masak segini doang creative-nya?
Sayangnya ada raja di balik itu semua. Oh yes, dewa rating, rating, dan rating. For God shake. Rating. Situ punya duit bisa seenaknya bilang langganan aja TV berbayar. Atau, situ punya kemampuan 'berpikir' matiin aja TV-nya. Lha? Lalu bagaimana penonton YKS yang sebenarnya? Yang kurang kemampuan/kesempatan/ sarana untuk mengakses jenis hiburan yang lainnya? Ceruk ini yang dimanfaatkan pengusaha hiburan mengeruk segunung keuntungan tanpa mikir mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kalau masih terasa berat bagi kita untuk mengubah sistem yang
membuat ‘mereka’ terjebak dalam ‘kekurangan’, setidaknya kita masih
mampu berbuat sesuatu. Gampang saja. Tanda tangani petisi ini :).
Tidak semata-mata untuk diri sendiri. Sebagai bentuk kepedulian dan
perlindungan kepada mereka. Dan untuk memberi isyarat bagi pengusaha
televisi untuk tidak seenaknya memutar acara-acara ‘tidak jelas’ macam
ini.
Kadang-kadang orang jahat itu bukan karena niat, tapi karena
ada kesempatan. Apaagi, tidak ada pengawasan dan tidak ada perlawanan.
Apalagi karena urusannya sudah uang, uang dan uang. Jangankan moral,
harga diri saja sangat mudah tergadai kalau diri sudah menyandarkan
kehormatan pada materi :). Kalau pun enggak mendukung, setidaknya jangan menghalangi orang-orang
yang mencoba melakukan perubahan :). Cukup diam saja lho Kakaaaa.
Enggak usah nyinyir, yaaaaa :D. Hihihi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar