Pic From Here |
Selamat hari ibu wahai semua perempuan-perempuan!
Jadi, sayang ibunya cuma hari ini? Oh, come on! Talk to my hand when people asking me like that. Ya iyalah. Narrow minded. Sayang dan bakti sama ibu (bapak ) setiap hari. Nggak usahlah didebat. Mereka selalu spesial setiap harinya. Bagi saya, peringatan hari ibu or other special day lainnya lebih jadi kontemplasi.
Btw,
Kok untuk semua perempuan?
Saya adalah seorang IBU! Walau baru satu tahunan.
Peran yang begitu dibanggakan dan didambakan oleh kebanyakan perempuan. Apalagi yang sudah beranjak dewasa dan kemudian menikah. Tapi bagaimana dengan perempuan yang belum atau tidak dikaruniakan anak lewat rahim mereka? Padahal bukan hanya proses fisik melahirkan saja yang membuat seorang perempuan menjadi Ibu. Setiap perempuan yang punya kasih, kesabaran, perhatian, kepedulian terhadap anak-anak yang bahkan bukan anak mereka, perempuan-perempuan ini punya kualitas seorang Ibu. Toh sejarah hari ibu di Indonesia bukan tentang ibu biologis, kan?
Peringatan Hari Ibu diawali dari berkumpulnya para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra dan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Namun penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.
Para pejuang perempuan tersebut berkumpul untuk menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Menggarap berbagai isu tentang persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, melawan perdagangan anak-anak dan kaum perempuan. Tak hanya itu, masalah perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan masih banyak lagi, juga dibahas dalam kongres itu.
Penetapan Hari Ibu ini diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. Selain itu, Hari Ibu juga merupakan saat dimana kita mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini.
Peran yang begitu dibanggakan dan didambakan oleh kebanyakan perempuan. Apalagi yang sudah beranjak dewasa dan kemudian menikah. Tapi bagaimana dengan perempuan yang belum atau tidak dikaruniakan anak lewat rahim mereka? Padahal bukan hanya proses fisik melahirkan saja yang membuat seorang perempuan menjadi Ibu. Setiap perempuan yang punya kasih, kesabaran, perhatian, kepedulian terhadap anak-anak yang bahkan bukan anak mereka, perempuan-perempuan ini punya kualitas seorang Ibu. Toh sejarah hari ibu di Indonesia bukan tentang ibu biologis, kan?
Peringatan Hari Ibu diawali dari berkumpulnya para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra dan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Namun penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.
Para pejuang perempuan tersebut berkumpul untuk menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Menggarap berbagai isu tentang persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, melawan perdagangan anak-anak dan kaum perempuan. Tak hanya itu, masalah perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan masih banyak lagi, juga dibahas dalam kongres itu.
Penetapan Hari Ibu ini diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. Selain itu, Hari Ibu juga merupakan saat dimana kita mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini.
Jadi?
Untuk para perempuan yang sedang menghadapi anak tantrum, perempuan yang sedang memperjuangkan hak asuh anak, perempuan yang sedang menunggu kelahiran buah hatinya, perempuan yang sedangan proses IVF, Happy Mother's Day! Selamat Hari Ibu, wahai perempuan-perempuan penuh
kasih. Keberadaan kalian punya arti istimewa tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar