Rabu, 15 Desember 2010

Habibie & Ainun


Pak Habibie, ya begitulah pak Habibie :-) Saat saya membeli buku ini saya pikir buku ini akan berisi ribuan kalimat melankolis dengan alur yang dramatis. Begitu membacanya hancur sudah bayangan saya. Yang saya temukan justru banyak cerita ilmiah. Ya, khas pemikiran orang-orang teknokrat. Tapi justru bikin saya terharu. Seperti cerita metode thermoelastisitas - yang saya sendiri nggak ngeh sebelumnya - dan kelahiran putra pertama beliau. Ilham Akbar Habibie. Itulah romantis, walau tidak dihadirkan dalam bahasa menye-menye.

Beberapa kalimat saya suka akan saya kutip di sini :

"...Semangat dan energinya, memang lebih dari rata-rata orang. Kami sekeluarga terbawa dalam kehidupannya. Waktunya untuk anak-anak makin harus dicari-cari. Mulailah saya merangkap menjadi ayah dan sopir anak-anak. Ia menghendaki istrinya mengikuti dan mengimbangi kemajuan karirnya. Tanpa mencampurinya, istri harus mengetahui bidang pekerjaan suami. Istri harus bergaul dengan lingkungan kerjanya: ilmu, teknologi, bisnis internasional pada tingkat yang semakin tinggi. Berat rasanya istri harus mulai ikut meninggal-ninggalkan anak. Trenyuh rasanya melihat rambut anak-anak gondrong ditinggal ibunya berminggu-minggu, mendengar mereka tidak mau makan karena bukan masakan ibunya. Tetapi saya menjadi sadar mengimbangi suami merupakan keharusan. Dan alhamdulillah, Ilham dan Thareq pun dapat mengerti. Mereka pun mau membantu" Hal 46

"Ainun adalah lucky angel dan saya lucky man, demikian hubungan kami karena cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi telah menjadikan kami menyatu" Hal 120

"Untung ada Tuhan. Untung saya percaya dan yakin ada Allah SWT. Untung saya mampu memanjatkan doa dengan bahasa getaran nurani penuh dengan keyakinan akan didengar oleh Allah SWT. Untung ada agama. Untung saya dan Ainun sangat religius. Kalau tidak mungkin susah kami atasi ini semua". Hal 283

"Pada suatu hari, baru sekitar pukul 12.00 diperbolehkan masuk ke ICCU kamar Ainun. Saya dua jam terlambat, walaupun sejak pukul 09.30 sudah menunggu di kamar tunggu ICCU. Hal itu terjadi, karena keadaan darurat akibat pelaksanaan operasi yang tidak direncanakan sebelumnya. Maka semua pengunjung belum diperbolehkan masuk ke ICCU. Baru sekitar pukul 12.00 saya masuk. Ketika masuk, Ainun sedang menangis. Saya langsung bertanya : Ainun mengapa menangis? Sakit? Ainun menggelengkan kepalanya. Lalu mata saya mengarah ke alat-alat elektronik dan segala peralatan yang dipasang di tubuh Ainun sambil mengucapkan "Takut sama peralatan ini?" Ainun menggeleng kepalanya lagi. Saya mengerti sekarang. Kamu mengira telah terjadi sesuatu dengan saya? Baru Ainun mengangguk kepalanya" Hal 288

Buku ini layak dibaca. Bercerita tentang sejarah Indonesia 40 tahun terakhir, cerita teknologi, politik bangsa, dan tentu saja cinta. Cinta selama 48 tahun. Cinta yang menjadi rahmat dari Tuhan. Cinta yang penuh kejujuran, yang tentu saja tidak mudah. Nilai spiritual yang nyata.


9 komentar:

Yuliana Tan mengatakan...

suka dengan tutur katanya, terbawa saya.. seolah2 Pak Habibie sdg didepan muka bercerita langsung :D

PRIMADIKA mengatakan...

Ember Ci. Meski bahasanya nggak mellow...tetep lho terharu biru akyu

Ajeng Sueztika Constitusia mengatakan...

hiks, salah banget masuk blog ini. jadi makin pengen buku ini gara-gara review-mu mbak'e... padahal duitnya belom ada.. piye iki :'(

PRIMADIKA mengatakan...

Agak mahal ya Jeng? 80 ribu. Gpp, uang saku bulan depan pasti ada :p

olanarsono mengatakan...

Bu, beli bukunya dimana ya? di sini belom ada nih...jadi terharu baca review-nya


olanarsono last blog.. LDR bagi para abdi negara

Anastasia mengatakan...

huaaa, jadi pengen beli jugaa

PRIMADIKA mengatakan...

@Olan : Aku dapetnya ini di Gramedia. Coba kalo di Manado beli Online saja.

@Anas : Apa sih yang nggak lo pengen, Nas? :p

Anastasia mengatakan...

makasih loh prim komennya. menohok sekali!! *nyengir*

blindx mengatakan...

nice post... =)
i'll buy that book soon..

keep ur good writing..

blindx last blog..
dating