Kamis, 19 Juni 2014

Cerita si kembar

Sebagai ibu beranak kembar saya banyak-banyak bergaul dengan sesama gemeli baik yang sudah senior maupun junior, dan juga anak-anak yang terlahir kembar. Berbagi cerita dan tips. Ada yang sifatnya mitos, adapula yang fakta. Nih: 

Kalau punya anak kembar dengan satu plasenta, sebaiknya hidup atau tinggal terpisah
Saya pernah bertemu seorang gemeli yang bercerita kalau anak di pangkuannya adalah kembar. Tapi saudara kembarnya tinggal terpisah bersama neneknya. Ibu ini beralasan bahwa anak kembar yang tinggal dalam satu rumah, salah satu anak akan kalah atau cenderung mudah sakit.
Bagi saya sendiri, memiliki anak kembar adalah anugerah yang luar biasa. Saya tidak ingin memisahkannya, apalagi mengalihkan pengasuhan anak-anak saya ke saudara atau orang lain. Apalagi saya ingin memberikan ASI untuk mereka, sehingga saya memilih untuk mengasuh mereka sendiri. Alhamdulillah, sampai berusia hampir 2 tahun, mereka tumbuh sehat dan normal. Masing-masing punya karakter yang berbeda. Saya percaya, dengan pola asuh yang berimbang, mereka dapat tumbuh dengan sifat-sifat yang mengagumkan dan saling melengkapi.
Apabila salah satu anak sakit, saudara kembarnya akan ikut sakit
Siapa yang belum pernah mendengar mitos ini? Saya sendiri sering mendengar mitos ini bahkan sejak sebelum menikah. Bagi saya sendiri, saya lebih memilih untuk menanggapinya berdasar logika. Jangankan yang kembar, yang beda usia jauh saja, apabila tinggal satu rumah atau sering berinteraksi, bisa jadi ketularan sakit. Apalagi untuk penyakit yang memang mudah menular seperti batuk, pilek, atau penyakit lain yang disebabkan virus. Begitu juga anak kembar. Selama ini, ketika salah satu anak sakit, maka saya akan melakukan tindakan preventif semaksimal mungkin bagi anak yang lain. Misalnya, ketika salah satu anak sedang sakit batuk-pilek, maka saya pisah ketika tidur, -walo mustahil- dan sebisa mungkin mempertahankan kekebalan tubuh anak yang lain. 
Hanya anak kembar yang bisa memiliki keturunan kembar
Kalau mitos “hanya anak kembar yang bisa memiliki keturunan kembar” sepertinya lebih dominan faktor genetik dan pastinya campur tangan Tuhan. Fakta di keluarga saya kebetulan ada tante yang kembar, tetapi tidak memiliki anak kembar. Begitupula cucunya, belum ada yang kembar. Selain itu di sisi saya, saya punya sepupu kembar dari pakde - sepupu - papa. Kalo dari sisi suami, sepupunya ada 3 pasang yang kembar.
Mengasuh anak kembar itu merepotkan
Banyak yang bilang, mengasuh satu anak saja repotnya bukan main, apalagi mengasuh anak kembar. Bagi saya, yang namanya mengasuh bayi yang masih belum bisa apa-apa pasti banyak tantangan yang merepotkan. Usia 0 - 40 hari saya kesulitan sekali. Padahal saya sudah dibantu ibu dan asistennya mencuci seterika popok dan saya nggak mikir asupan makan saya karena ibu sudah menyiapkan 4 sehat 5 sempurna. Ibu saya nggak berani gendong bayi, kalo denger tangisan dia panik. Suami saya bertugas di Bitung. Jadi kalo pagi hanya saya dan 2 bayi. Bersyukurnya kalo malam ada adik dan papa yang mau gantian shift ganti popok. Dan alhamdulillah LiLo nggak pake bergadang. Tapi kesulitannya jam mereka nggak singkron. Satu bangun, satu tidur, jadi ibunya longgggg shift. Sempat sakit waktu itu karena kelelahan. Waktu itu nggak mikir babysitter sulit dicari :))) Jadi saat hamil , 'nyari suster ntar udah lahiran aja', ternyata tidak bisa begitu jendral. Apalagi kalo anaknya kembar, suster pun harus 2 karena yayasan ga mau rugi bandar meski ibunya di rumah. Padahal kan 2 suster sama dengan 1/2 gaji suami. Huahaha.....untung dipinjami. Dipinjami sampai 7 bulan. Sampai sekarang saya single fighter tapi saya tetep butuh orang lain. Apalagi kalo ke luar rumah. Masalahnya, anak 2 ini masih gampang terdistract. 1 pengen jalan, 1 nya pengen berhenti lihat kucing. Terus Masak iya yang satu di tinggal sendiri? :p
Anak kembar mampu membaca pikiran saudara kembarnya
Ada yang pernah mengatakan pada saya, bahwa anak yang terlahir kembar dengan 1 plasenta akan mampu merasakan apa yang sedang dirasakan saudara kembarnya ketika mereka tinggal berjauhan, atau yang sering disebut dengan telepati.
Saya sendiri belum pernah merasakan hal ini karena mereka masih kecil dan masih tinggal di tempat yang sama. Ada kalanya saling cari kalo lagi main di ruangan lain. Kalo nanya ke tante, sepupu, anak kembar lainnya berpisah dengan kembaran memang ada kesulitan. Bahkan tetangga depan, bang batak si Jo mengatakan 'awalnya susah sekali'. Ya wajar ya, di perut berbagi oksigen, makanan, di luar juga begitu.
Si Kakak dan si Adik
Setiap orang yang melihat anak kembar, seringnya akan bertanya, “Yang mana kakaknya? Yang mana adiknya?”  Ada yang bilang, yang lahir pertama adalah adiknya, sedangkan yang lahir kedua, adalah kakaknya. Karena kakak mengalah dan memberikan jalan lahir lebih dulu untuk adiknya. Ada yang bilang justru sebaliknya. Ada juga yang mengatakan, sebaiknya tidak perlu diberikan label kakak/adik untuk anak kembar demi menghindari dominasi antar keduanya. Apa pun itu, setiap orang tua dari anak kembar pasti memiliki alasan dan pertimbangan masing-masing terhadap aturan dan pola asuh kepada anak kembarnya. Secara medis Liam yang pertama tapi di KK Logan yang pertama. Kami nggak melebel kakak-adik. Eh, tapi ya.....semasa 39wk kehamilan tiap USG usia Liam selalu lebih tua 2 hari dari Logan. 

Tidak ada komentar: