Selasa, 25 Maret 2014

Cerita Tentang Menaikkan Berat Badan Balita

Akhir minggu kemarin saya sempat mengikuti penyuluhan yang diadakan sebuah universitas. Tentang gizi. Dan yang menarik ketika ada pertanyaan tentang cara menaikkan berat badan balita. Tersebutlah pemberian susu, pola makan double carbo dan double protein, serta memberikan tambahan EVOO (Extra Virgin Olive Oil) dan butter di MPASI-nya. Dan daku pun menyengir :p

Well, kenapa musti EVOO atau butter?! Itu text book, kah? Yeah...mostly masyarakat kita nggak familiar banget masak pake EVOO atau butter, kan? Kenapa tidak tersebut santan sebagai sumber lemak?! Paling nggak santan itu mudah didapat dibanding EVOO atau butter :p

Pernah lihat di acara masak Pak Wied Harry di Trans TV jaman dahulu kala. Santan  kelapa berlimpah dengan kandungan lemak sehat asam lemak laurat, zat yang juga banyak terdapat dalam air susu ibu (ASI). Dalam ASI, asam lemak laurat bermanfaat menunjang pertumbuhan otak dan kecerdasan bayi. Bagi orang dewasa, asam lemak laurat berguna untuk memperlambat fungsi munculnya kepikunan. Namun sayangnya asam lemak laurat sangat mudah rusak pada suhu tinggi.

Dalam pembuatan minyak murni kelapa VCO (virgin coconut oil) santan dipanaskan pada suhu rendah (maksimum 60 ºC), sehingga kandungan lemak sehatnya relatif tidak mengalami kerusakan. Sebaliknya, ketika kita memasak, santan dipanaskan hingga mendidih, bahkan sengaja dididihkan lama hingga berminyak-minyak. Akibatnya, lemak sehatnya rusak dan yang tertinggal adalah kandungan lemak jenuhnya. Jadi, bukan santannya yang jahat, tetapi kesalahan kita memasaknya yang membuat kandungan lemak jenuh dalam santan menjadi dominan. Makanya, santan dibuat dari kelapa parut yang diperas dengan air masak – dan untuk campuran masakan, santan (tidak dipanaskan). Dengan tidak memanaskan santan segar, maka kandungan lemak sehatnya (asam laurat) akan terjaga. Trik ini membuat kita bisa mendapatkan makanan yang gurih lezat, sekaligus juga sehat.

Selain tips and trik tadi, sepertinya mencermati pola konsumsi juga penting. Misalnya memperhatikan konsumsi teh. Selain kafein, teh juga mengandung zat berbahaya yang disebut Tannin. Tannin yang terkandung dalam teh dapat menurunkan penyerapan zat besi oleh tubuh. Mineral besi dalam teh akan diikat oleh Tannin, yang menimbulkan reaksi terbentuknya Tannat yang selanjutnya terbuang melalui feses, reaksi tersebut bisa menyebabkan anemia pada bayi. Asam Tannat dalam teh juga dapa mempengaruhi penyerapan vitamin B oleh tubuh, akibatnya bayi akan mengalami defisiensi vitamin yang dibutuhkan otak untuk proses tumbuh kembang. Lalu nafsu makan berkurang. 

Zat besi memiliki peran yang sangat penting di dalam tubuh, yaitu untuk menyuplai oksigen ke seluruh bagian tubuh sehingga sel-sel tubuh dapat tumbuh dan berkembang. Kekurangan zat besi akan menyebabkan seseorang cepat mengalami kelelahan dan juga anemia. Jika kebutuhan zat besi tersebut tidak terpenuhi, maka anak akan mengalami suatu penyakit kekurangan zat gizi besi yang dinamakan anemia defisiensi besi (ADB).

Untuk mencegah terjadinya defisiensi zat besi, maka kita harus memeberikan makanan yang kaya akan zat besi pada MPASI anak, baik itu dari sumber hewani maupun nabati. Zat besi yang berasal dari sumber hewani adalah zat besi yang terikat pada protein atau disebut Heme-Iron, sedangkan zat besi yang berasal dari sumber nabati tidak terikat pada protein atau disebut Non-Heme-Iron. Heme iron lebih mudah terabsorbsi di dalam tubuh bila dibandingkan dengan non-heme iron.
Makanan yang Mengandung Zat Besi Tinggi
Berikut daftar makanan yang kaya akan zat besi heme (Heme Iron)
  • Kerang: 23.8 mg dalam 3 oz
  • Tiram: 7.8 mg dalam 3 oz
  • Ati Ayam: 8 mg dalam 3 oz
  • Ati Sapi: 5.8 mg dalam 3 oz
  • Remis: 5.7 mg dalam 3 oz
  • Ikan Sardin: 2.4 mg dalam 3 oz
  • Kalkun: 1.6 mg dalam 3 oz
  • Daging Sapi, dalam 3 oz
    • Prime Rib: 2.1 mg
    • Short Rib: 2 mg
    • Rib eye: 1.7 mg
    • Sirloin: 1.6 mg
  • Daging domba: 2.1 mg dalam 3 oz
  • Telur: 1.2 dalam 2 butir telur yang besar

Keterangan: 1 oz = 28.35 gram
Dan berikut daftar makanan yang kaya akan zat besi non-heme (Non-Heme Iron):
  • Biji Labu: 8.6 mg dalam 1/ cangkir
  • Tahu: 8 mg dalam 3/4 cangkir
  • Kacang Almond: 1.4 mg dalam 1/4 cangkir
  • Kismis: 1.4 mg dalam 1/2 cangkir
  • Buah persik kering: 1.6 mg dalam 1/2 cangkir
  • Kacang Mete: 1.7 mg dalam 1/4 cangkir
  • Buah Kenari: 0.9 mg dalam 1/4 cangkir
  • Kemiri: 0.7 mg dalam 1/4 cangkir
  • Kacang Kedelai: 3.4 mg dalam 3/4 cangkir
  • Kentang masak: 1.4 mg per 100 g
  • Bayam: 4 mg dalam 1 cangkir
Penyerapan Zat Besi
Penyerapan zat besi di dalam tubuh sebenarnya tidak terlalu baik, baik itu dalam bentuk Heme maupun Non-Heme. Akan tetapi hal itu dapat ditingkatkan dengan cara-cara sebagai berikut:
  • Mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C bersamaan dengan makanan yang kaya zat besi. Dengan begitu, tubuh akan mengabsorbsi zat besi dengan lebih baik lagi. contohnya: makan daging dengan tomat, daging mengandung zat besi dan tomat mengandung vitamin C
  • Makan makanan yang mengandung HEME IRON dan NON-HEME IRON secara bersamaan, contohnya: tim telur bayam, telur tergolong heme iron, sementara bayam tergolong ke non heme iron
  • untuk jenis makanan non heme iron, sebaiknya dimasak menggunakan peralatan masak dari besi/ seperti cast iron skillet
Yang terpenting mencermati KMS. Dikatakan kurang berat ataupun kelebihan berat lebih baik merujuk ke hasil plot KMS. Nggak usah menggunakan mata-meter. Mata meter ini biasanya mengunakan perbandingan tetangga sebelah :)) Kok anakku lebih kurus, kok, kok, kok..... :p Terus kalo KMSnya menunjukkan diluar batas ideal ya cari bantuan. Sebel memang kalo anak sampai dibawah garis merah padahal kita udah jungkir balik di dapur. Cari solusi lebih menolong anak saya rasa ^_^

Sumber :

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mbak.. Butter yg cocok buat mpasi 6+ month apa ya mbk?? Trs evoo nya itu bs dibeli di market2 terdekat kan?