Menjadi anak kembar itu ternyata 'berat'. Ehm, menurut pengamatanku ke LiLo sih. Sedari bayi umur beberapa jam mereka harus 'belajar' yang namanya ngantri untuk nenen. Belajar bersabar karena nangis kenceng justru membuat lebih lapar dan nggak membuat antrian lebih cepat. Umur sebulan LiLo sudah bisa mendorong nenen masuk ke mulutnya. And yes, adaptasi terhadap keadaan sulit make them try to survive. Secara umur sebulan emaknya masih akslerasi gendong kanan kiri buat nyusui tendem. Itu salah satu contoh perbedaan anak terlahir kembar dan anak terlahir tunggal. Kalo anak terlahir tunggal lebih cepat mendapat dekapan ibu, lebih cepat mendapat nenen, lebih cepat dilayani. Beda juga adik kakak (walo umur deketan), yang lebih besar pasti lebih 'mandiri'.
Seperti pagi ini. Jam 4 mereka sudah bangun dan main-main. He-eh. Keruntelan sama sodaranya. Lalu jam 04.30 si Liam minta pangku dan dipuk-puk. Mungkin pengen tidur lagi. Nggak lama Logan minta hal yang sama. Yawis, gantian Logan. Namun beberapa saat Logan nyaris Lier-lier, Liam manjat pangkuan saya, memberi tanda mau hal yang sama. Lhaaa....kepriye carane? Logan akhirnya kebangun dan ikutan cranky. Emak ini memutuskan tidak ada yang dipangku. "Maaf ya! Tangan mama cuma dua. Kalian boboan dan mama puk-puk?". Rupanya tawaran itu nggak menarik. Kecewa dan menangis. Koor. Hurah! Mama ngapain? Ya cuek lahir batin :)) Akhirnya mereka memilih tenang dan bobo lagi. "Oalah ma, percuma nangis. Nggak ono solusinya", mungkin itu jeritan hati mereka :))
To be honest nggak segampang itu. Hati ini berat. Denger anak nangis 'hanya' untuk permintaan dipuk-puk. Keterbatasan keadaan yang membuat susah mewujudkan. Saya nggak bisa memilih salah satu. Saya boleh memilih salah satu jika salah satunya urgent. Ya....kalo satu minta nenen dan satu pup, ya harus melayani yang pup dulu ^_^
Kenyataan kadang mengecewakan, ya nak?!
Kalo ada tips atau sharing melayani anak kembar boleh, lho!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar