Tulisan saya Life isn't cheap. SEMANGAT! mendapat sebuah komentar seperti yang saya capture di atas. Perlu digaris bawahi, pengertian ASI eksklusif ( ASIX ) itu ASI tanpa tambahan APAPUN! Air putih pun tidak.
Nah, mengomentari komentar yang masuk, saya justru bertanya balik, kenapa saya tidak berani berkata jujur? Kenyataannya memang LiLo sudah pernah mengkonsumsi sufor, masak iya mau ngaku anak saya ASIX.? :p
Tapi, ya kakak.... motherhood itu kompetitip sekali. Mulai dari lotus birth vs elective SC, IMD apa nggak, ASI vs Sufor, imunisasi lengkap apa cuma 5 dasar, pospak va clodi, indebra indebre bla bla. Dramanya itu macam peer-preassure jaman SMA. Genknya Cinta. "Terus, salah gue gitu?". Untuk eksis perlu ngibul-ngibul. Bilangnya ASIX, nyatanya udah incip S26........78. Ngasihnya DPT bilangnya DPT Combo. Yahhhh, daripada digencet ibu-ibu. Errrr......
Anyway,
Buat saya being honest is a must. Itung-itung itu cermin kalo kita berdamai dengan keadaan, terutama berdamai dengan diri sendiri. Lha, iya to.....kalo kita sadar kelemahan kita, kita mencari bantuan, end up-nya getting better. Daripada ngibul-ngibul yang ada otak jadi ngebul. Saat saya membutuhkan bantuan AIMI....I tell the truth. And....nggak di-judge tuh sama konselornya :)) Justru dengan bilang jujur, konselornya bisa ngasih resep jitu.
Ya....We want the best for our children, then maybe we have to ask ourselves..what is best for them? For their future? Kekompetitifan ibu-ibu yang kadang juga suka
membandingkan milestone anaknya dengan anak lainnya. Jadi secara nggak
sadar kita menganggap anak-anak kita sebagai pencapaian kita.
(Hmm…sejujurnya untuk hal ini saya masih labil sih :D, bangga dengan
anak pastinya diharuskan, tapi kalau mengaktualisasikan diri lewat anak
gimana ya? Kan esensi dari parenting itu untuk anak-anak kita, bukan
untuk kita?). Perkembangannya berbeda
antara satu sama lain, dan juga skill dan kemampuannya. Cara kita
mendidiknya dan gennya juga beda.
In the end, sebagai orangtua saya musti ikhlas dan puas terhadap diri sendiri. Ikhlas dan puas dengan 'pencapaian' kita (Karena we've try our best apapun hasilnya). Apapun keputusan yang ibu bapak ambil untuk keluarganya, ya memang yang terbaik untuk keluarga. Terbaik untuk keluarga A belum tentu terbaik juga untuk keluarga B. kita nggak akan pusing
dengan stigma dan omongan orang, kita nggak perlu repot mencari
pembenaran atau mencoba menjelaskan ke orang why we did what we did.*Cermin! Mana cermin?!* Kata Om Ge: "Gimana anak mau percaya diri kalo orangtuanya galau melulu?" Ckkkk....plakkkkk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar