Pic From Here |
Hari ini ngobrol dengan 'kawan baru'. Yaaa...kawan ketemu muka saat nunggu gitu deh. Dan sepertinya dia a new mom *bayinya masih merah di stroller*. Sebut saja namanya mbak Grace *Nggak tahu nama belakangnya*. Entah bagaimana bermula, mbak Grace ini cerita curhat ke saya :)) Ceritanya, 1 bulan lagi masa cuti beranaknya habis. Nah, mbak Grace ini galau dengan statement teman baiknya semenjak SMP. Temannya bilang, "Ngaku sayang anak tapi tetap kerja, anak dititipin mertua dan dikasih susu kulkas (ASI Perah, maksudnya)"
Duh, ini temennya rempong amat sih nge-judge. Masih untung mbak Grace ngasih ASIP bukan Sufor *Komen saya dalam hati* Dan rupanya komen 'gregetan' saya ini bikin saya ikutan sotoy.
Me : Pasti temannya nggak memperluas wawasan ASI, deh. Atau jangan-jangan temennya belum nikah?
Mbak Grace : Sudah nikah. Anak 1. Full housewife walo lulusan FK * Maaf ya yang lulusan FK, nggak semua lulusan FK begini *
Me : *Daku cuma manggut-manggut*
Mbak Grace : Bedanya, suaminya tajir dan nggak perlu support financial ortu atau keluarganya....bla bla bla...
Me : Sabar ya, mbak! Attachment dari luar itu banyak.
Mbak Grace : Iya, gara-gara kepikiran ini ASI jadi seret....bla bla bla
...
Baru tadi pagi saya posting artikel ini. Maaf kalo saya sotoy. Saya belum beranak tapi saya punya sahabat-sahabat yang sudah beranak. Pergantian role model menjadi a new mom membawa perubahan besar dalam diri mereka. Saya pernah menulis ini, setahunan yang lalu. Dulu, sebelum saya mengikuti pelatihan ini, otak saya selalu bilang : Menyusui itu ya udah, bayi mangap, payudara ibu ada, siap aja gitu menyusu. Ternyata nggak bisa dibilang semudah itu. Ada 1001 kendala. Puting melesak ke dalam, ASI seret karena posisi menyusui salah, puting lecet, bengkak, dsb, dst. Kendala itu bisa bikin a new mom down karena merasa nggak bisa nyusuin anaknya. Masak iya kondisi ini mau diperparah dengan judge-judge?! Kalo kita bukan konselor, daripada salah-salah ngasih masukan, lebih baik saranin teman/adik/sepupu/sodara yang new mom itu ke klinik laktasi atau ahlinya. Karena jadi konselor ASI butuh pelatihan. Kalo nggak salah pelatihannya 40 jam modul standar WHO / UNICEF. Nah, ini baru masalah ASI. Belum masalah bayi kuning, tali pusat, ruam, dll.
Yes, nggak ada yang lebay dalam proses ini. Semua ibu pasti berjuang untuk memberi yang terbaik bagi putra-putrinya. Kalo ada 'kebodohan'...ya...dimaklumi. Namanya a new mom :p Hi, we are not Bree Van Der Kamp, are we? Hihihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar