Kadang, melihat ke atas membuat kita menjadi tahu dimana batas maksimal kemampuan kita. Memacu diri sampai limit terakhir untuk hasil yang fenomenal. Namun, melihat ke atas saja juga berbahaya. Kita jadi tidak tahu apa yang kita punya saat ini, lalu yang lebih menyakitkan, yang kita punya dianggap tidak ada. Kurang...kurang...kurang....
Kalau sudah sampai tahap itu, hampa...lupa...bahwa mau kita belum tentu mauNya. Manusia mau A. Tapi cara mendapatkan A bisa jadi melalui jalur B, C, D. Jalur B, C, bisa jadi bukan keinginan manusia. Manusia maunya jalur D. Tidak sama. Lalu manusia berprasangka kenapa Tuhan tak memberinya jalur D justru memberi jalur B,C.
Menyakitkan memang. Bukan menyakitkan karena Tuhan tidak memberi yang kita mau dengan cara yang kita mau. Tapi menyakitkan ketika kita berjalan tanpaNya. Hingga titik lelah, stres, mengutuki semuanya.
Sudahlah,
Bukan sudah untuk meminta. Tiada yang bisa diminta kecuali kepadaNya. Tapi jangan hanya meminta. Luangkan waktu juga untuk berterima kasih. Libatkan Dia dalam setiap langkahmu. Pelihara segala berkahNya. Lalu bagikan lagi kepada sesama.
Tidak kah kau lelah mengatakan, seandainya....?
I. Love. This.
BalasHapusTak share di FB ya jeng.
Terus menerus berpikir "seandainya" akan membuat kita jalan di tempat. Dan akan menjebak kita untuk berpikir "kenapa orang lain bisa begini, kenapa aku nggak?" Lama-lama, itu semua berubah jadi rasa iri. Kalau sudah begitu, hati kita jadi keras dan penuh pikiran negatif.
Thanks Prim. Very good thought.
kunjungan sob :)
BalasHapus