Senin, 12 Maret 2012

Negeri 5 Menara


Kalo tidak salah ingat, saya selesai membaca buku ini di tahun 2009.

Ketika pelaku pengeboman bom Bali I tertangkap, banyak orang bertanya-tanya. Jadi sebetulnya apa yang diajarkan di pesantren? Benarkah sekedar dogma agama yang tak bisa dipertanyakan keabsahannya? Bila tidak ada sesuatu yang salah, mengapa proses pendidikan yang dijalankan pesantren segalanya serba tertutup bagi publik? 

Di Indonesia, terkesan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan kelas dua, di bawah sekolah umum. Hanya orang yang tidak mampu bersekolah ke sekolah umum – terutama karena keterbatasan biaya – yang belajar di pesantren? Tapi coba lihat profil Said dan Atang, dua dari enam tokoh utama yang ditulis dalam novel Negeri Lima Menara ini. Said adalah putra seorang saudagar batik di Surabaya dan Pak Yunus, ayah Atang, adalah seorang pegawai Pemda Jawa Barat yang mampu memberi hidup yang serba berkecukupan pada anak istrinya. Tapi kedua anak tersebut toh memilih untuk menempuh pendidikan di pesantren. Meski memang tokoh yang meng’aku’ di novel ini, Alif Fikri, berasal dari keluarga yang pas-pasan. Juga salah satu teman dekatnya, Baso, yatim piatu yang hidupnya disokong oleh seorang nelayan yang berbelas kasihan pada dirinya. 


Lantas, apa lagi yang menarik? Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses. Mantra yang diucapkan sejak santri pertama kali menginjakkan kakinya di pesantren terus-menerus didengungkan oleh kyai pemilik pesantren, para ustadz, dan senior setiap hari, sepanjang tahun hingga sang santri lulus. Iya, film ini mempopulerkan kalimat Man jadda wajada.

Sebagaimana film Laskar Pelangi. Saya yakin film ini based-on true story Ahmad Fuadi, penulisnya :-) Tinggal nunggu 9 summers 10 autumn aja. Ah, ternyata di Indonesia banyak kisah Cinderella story. Tapi, baik kisah Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, maupun 9 summers 10 autums bukan  sekedar buaian imajinasi belaka. Bagaimana kisah penulisnya from zero to be hero itulah yang sanggup menjadi motivasi buat pembacanya.

Filmnya sebagus bukunya. Melegakan sekali ada film bagus diantara film hantu - ngesot - perawan - bunting - apalah itu. Film-film seperti ini yang wajib ditonton rame-rame. 


PS: Ada Lulu Tobing main di film ini :-)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar