Anyway, ada satu sisi yang buat saya ikutan menangis tentang kematian ibu Ainun. Tentu saja perjuangan fight cancer menjadi catatan, sebagaimana tante saya meninggal karena kanker rahim dan neneknya sepupu saya, meninggal karena kanker kolon. Kisah cinta beliau dengan pak Habibie. Endless love story. Belum selesai saya nangis bombay baca surat cinta Dinda buat Alm. Alexander Abimanyu. Kini sudah ada versi lainnya. Cinta yang diputus oleh takdir kematian. Pasti seperti tercabut separuh nyawanya. Apalagi kedua orang ini, Pak Habibie maupun Dinda melihat detik-detik terakhir belahan jiwanya pergi.
Saya suka dibuat heran kalo ada pasangan bertengkar apalagi pakai saling kasar. Toh, umur tak ada yang pernah tahu. Bercinta jauh lebih menyenangkan.
Ini ada puisi pak Habibie untuk bu Ainun. Sangat merasakan, jika cinta haruslah "saling", bukan hanya satu sisi. Cinta harus diperjuangkan kedua belah pihak, hingga bisa terus bersemi.
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku ....
BJ.HABIBIE (Well, karena berita simpang siur. Ada yang bilang ini puisi beliau, ada yang bilang bukan...yeah...just read it as a beautiful poetry)
In the end... PSDS and always PSDS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar