Selasa, 21 Juli 2009

Aku, Dia, dan PELITA

Tulisan ini nyaris sebulan sudah di laptopku. Aku orang yang spontan dalam menulis tapi spontan juga menghapusnya. Sebagaimana siletnya aku ketika tidak meng-approve script yang dibuat oleh creative director. Sama seperti tulisan ini yang bisa saja dalam hitungan detik akan terhapus.
Tulisan ini dibuat ketika bangun pagi dan tiba-tiba saja aku merasakan jatuh cinta. Jatuh cinta kesekian kalinya pada orang yang sama ^_^ Dan harusnya kutunggu paling tidak untuk ‘evaluasi’ 5 tahun kami bersama. Tapi ya… I can’t wait.
Ini dipublish tidak untuk apa-apa. Saya bukan siapa-siapa. Bukan juga KD yang membuka catatan hatinya :p Nggak takut GR? Uhm, dia jarang buka blog saya, malah paling nggak pernah. Saya hanya ingin menulis sedikit tentangnya karena saya tidak pernah bercerita tentangnya di blog sejak tahun 2003. Tahun pertama saya akrab dengan blog.
***
Saya dan Dian. Saya tidak pernah menyebut dia pacar. Karena nilai keberadaan dirinya lebih dari itu. Kami adalah Partner. Dalam hitungan jawa, shio, atau apalah yang pernah ‘melihat’ kami, menyatakan : bersatunya kami adalah lautan rejeki. Amin! Amin! Amin! Kami percaya, tidak ada rejeki yang datang tiba-tiba.
Awal pertemuan kami ketika kami sama-sama duduk di kelas IPS-2 SMAN 16 Surabaya. Dia yang cool, mirip Winnie the pooh dan saya si jaim. Tidak ada cerita, karena kami jarang berinteraksi. Waktu bergulir sampai kami kuliah. Nggak ada cerita. Sampai kemudian dia menghubungi saya dan kami berteman. Teman yang menyenangkan. Dapat berinteraksi dalam beragam topik. Saat itulah, aku mulai mengagumi orang dia. Karena he’s so simple.
Ntah karena apa, -tapi menurutnya itu bermula dari cerita saya tentang seorang laki-laki yang memberi saya buku conversation with God- Di tengah hujan yang deras, dia nekat mau datang ke rumah . Dan tanpa kesasar :p Sampai pada percakapan yang lebih mirip dealing bisnis daripada pernyataan suka. “Saya sudah sejauh ini datang, jadi tawaran saya…bla…bla…bla…now or never?!”. Weits! Ini sih nodong. Hahaha….-tapi inilah cikal bakal bahwa dia itu terkesan nekat tapi penuh perhitungan sebenarnya-. Saya yang lagi ‘bermasalah’ dengan komitmen. Rada bingung. Rasio saya dengan cepat membahas plus dan minus dirinya. Betulkan, benar-benar mirip bisnis dealing. Hahaha….akhirnya setelah melalui diskusi alot, tawar-tawaran yang panjang, akhirnya….”Oke, mari kita coba”. Hahaha…
Besoknya dia langsung pergi balik ke STAN :p Dan itulah permulaan kami. Semua dimulai dengan LDR (Long Distance Relationship). Karena saat itu masih sama-sama mahasiswa dan biaya Hp masih aje gile mahal jadi ya…telpon seminggu sekali dengan durasi 60 menit, menghabiskan 60 ribu. Pake simpati dan sms-nya pake IM3. Kadang, kalo lagi cekak ya nggak sms. Gitu deh.
Banyak cerita seru. Dia bukan tipikal pria romantis. Tapi dia bisa menghadirkan itu melalui caranya sendiri. Hahaha…dia memilih membelikan saya makanan ketimbang bunga. Hadiah yang diberikan pun unik dan nggak pasaran. Dan jauh dari yang saya duga. Pria cool itu ternyata CEREWET!!! Hahaha…
Siapakah dia?
Dian. Sosok yang biasa saja. Tapi sudah bikin saya mati gila. Dulu kalo mengapa saya suka? Rasanya mulut ini bisa berbusa dan cerita itu bisa tidak habis diceritakan satu hari satu malam. Namun sekarang? Saya tak punya lagi alas an. Saya mencintainya karena semuanya.
Lebih dari itu semua. Dia adalah Pria yang tahu kerapuhanku dan bisa menyelimuti itu. Orang boleh melihat kehebatan Prima, tapi Dian bisa melihat itu sekaligus melihat kerapuhannya. Sebagaimana ketika aku membuat keputusan emosional bahwa tidak boleh ada dua matahari. Dia yang menjadi matahari dan aku mundur. Dengan cerdiknya di mencari celah supaya aku bisa tetap bersinar tanpa ‘menyusahkan’ ritme kita berdua. Ah, dasar kau otak bisnis, ndut. Lama-kelamaan, kami memang tidak tergantung secara fisik tapi lebih secara emosional. Recharge ketika kami lelah.
Namun, sepanjang itu semua…Dia rumah tempatku pulang…!!! ^_^

Itu cerita perjalanan nyaris lima tahun kami… kami akan evaluasi PELITA ke depannya :p

Tidak ada komentar: