Jumat, 25 Januari 2019

Dana Pendidikan


Kalo teman-teman adalah followerku di Instagram, pasti tahu kalo aku sering ngoceh persoalan finansial planning. Salah satunya adalah dana pendidikan. Itu ocehan sebenarnya adalah curhat, berbagi kegelisahan :p Lalu ada teman yang bilang, tulis aja di blog dong, biar bacanya ga siwer. Kalo di instastory mata jereng. Ya baik akan saya coba berbagi pengalaman, ya kakak 😊

FYI, saya bukan financial advisor dan saya tidak akan menyebutkan produk (Namanya), juga ini bukan rekomendaasi. Karena penyebutan produk dilarang sama OJK.

Saya adalah ibu rumah tangga tidak bekerja jadi sebagai pencari nafkah utama adalah suami saya saja. Anak saya 2, kembar dan berusia 6 tahun. Ya, kita semua sadar atau belum? Kalo inflasi Pendidikan itu nyata. Yes, kenaikan uang sekolah – kita berbicara sekolah swasta – pasti tiap tahun terjadi.  Rata-rata kenaikan yang saya dapat dari The Urbanmama kenaikan uang pangkal PG-SMA 10%-15% per tahun.


Sebenarnya kalo kita telaah, komponen biaya Pendidikan itu ada :

-. Pendaftaran :
1. Uang formulir ( terkadang ada yang memberlakukan biaya pengambilan formulir  beda dengan  pendaftaran)
2. Uang Pangkal
3. Ada juga yang mengutip uang tes masuk.

-. Tahunan    : 1. Uang daftar ulang
                          2. Uang seragam dan buku
                          3. Uang kegiatan tahunan

-. Bulanan      : 1. SPP
                           2. Biaya ekstrakulikuler
                           3. Transportasi
                           4. Makan siang (buat sekolah full day)

Kalo saya pribadi hanya mempersiapkan uang pangkal. Urusan tahunan dan bulanan itu masuk budget pengeluaran rutin alias bulanan. Terus Prim, untuk mempersiapkan itu semua gimana caranya? Pertama yang harus kita lakukan adalah tahu mau sekolah seperti apa dan dimana lebih dulu. Misal, mau yang pake kurikulum X di sekolah Y. Langkah kedua adalah survei. Survei biaya tentu saja. Infonya bisa dari tetangga, teman yang anaknya sekolah di sana, nanya langsung ke sekolah bersangkutan dan ini era sosial media, sekolah-sekolah swasta itu biasanya approachable juga di sosial media. Saran saya sih beberapa tahun surveinya sehingga bisa memprediksi pola kenaikannya berapa. Tapi diingat data histori itu hanyalah asumsi. Asumsi itu bisa sa…lah. Yak betul! Asumsi bisa saja mbeleset. Lalu ketiga dana Pendidikan itu harus terbentuk satu tahun sebelum anak daftar. Jadi, sekolah di tahun ajaran 2019/2020. Pendaftaran biasanya di bulan November, Desember 2018. Jadi, diusahakan target uang pangkal sudah terkumpul di 2017. Satu tahun sebelum daftar.  Kenapa begitu? Biar ada waktu koreksi. Maksudnya gimana? Yang seperti saya bilang kalo yang kita bentuk ini berdasarkan asumsi dan asumsi bisa meleset :p Begini ceritanya, saya dan suami untuk SD lilo mengincar sekolah X, dari histori data, prediksi untuk tahun ajar 2019/2020 itu 18 juta. Ternyata di tahun 2018/2019 sudah 18 juta. Otomatis 2019/2020 pasti mengalami kenaikan kan ya? 2019/2020 jadi 20 juta. Maka satu tahun sebelum mendaftar itu adalah waktu untuk saya melakukan koreksi. Bisa dengan mengalokasikan dari bonus tahunan atau ngambil jatah uang liburan :D

Cara ngitung nilai masa depan pake bantuan rumus Future Value. Di excel ada.  Dari future value itu di breakdown pake rumus PMT. Ada juga di excel. Bisa dipecah dalam bentuk bulanan atau sekalian lump sum tahunan. Biar tahu berapa yang harus kuta sisikan. Ini bisa digeber sampai universitas ngitungnya. Karena semakin awal kita persiapkan semakin ringan daripada ngedadak-dadak.

Instrumen investasi yang digunakan? Terserah sih. Hahaha. Ya tentu kita harus paham karakter instrument investasi dan jangka waktunya. Saya mempersiapkan cukup lama. Secara sekolahnya juga maunya TK, SD, SMP, SMA, Kuliah. Dari Lilo usia 1 tahunan. Awalnya di reksadana saham. Lalu kami diversifikasi dalam sukuk dan pasar uang. Nah sebulan sebelum daftar setorkan ke tabungan. Jangan dipake belanja. Hahaha…. ðŸ˜… Paling enak sih kita bagi dalam bagan sesuai rentang waktu.


Teman saya waktu itu komen. “Waduh. Aku ngga pake gitu (planning). Ya ngalir aja”. Bisa saja. Kalo bisa nyediakan 20 juta saat itu juga dan ngga kelimpungan, berarti ya ngga ada masalah :D Sebagai background, teman saya suami istri kerja di oil company. Gaji berdua 40 juta sebulan. Total pengeluaran sebulan 20 juta. Ya udah 20 juta cuss langsung buat bayar bisa. Nah, kondisi saya kan berbeda. Pemasukan hanya dari satu sumber. Tentu sisa setelah dikeluarin pengeluaran ngga mungkin 20 juta. Hahaha…..apalagi kebutuhannya kali dua. Eh, iya. Itu uang pangkal aja ya. Kalo sekolah LiLo masih ada komponen daftar ulang, seragam, dan spp bulan juli.

Oya, untuk membuat uang pangkal memang bisa diakali dengan mempersiapkan lebih jauh. Namun yang perlu diingat adalah perhatiin SPP. Can we afford it? Karena SPP itu masuk dalam pengeluaran rutin bulanan. Apakah prosentasenya masih sehat?

Begitu sih ceritanya.


Tidak ada komentar: