Jumat, 24 Agustus 2012

Antara ikhlas dan tanggung jawab

Ceritanya, saya terusik dengan komentar follower Ridwan Kamil. Yang membuat saya terusik komentarnya "Ikhlasin aja, anda kikir".

Antara ikhlas dan menjadi ksatria bertanggung jawab. Menurut saya dua hal yang harus ada bersamaan. Sebagai penabrak dengan ksatria bertanggung jawab, sebagai korban ikhlas jika penabrak nggak bisa mengganti rugi. Tapi kalo sudah nggak minta maaf, kabur lagi?

Saya rasa ini bentuk serupa dari kalimat ; "Sing waras ngalah". Daripada ribut lebih baik tutup mulut. Yang salah biarkanlah tetap salah. Bergulung terus dari generasi ke generasi hingga akhirnya ya itu...nilai kebolak-balik. Menghindari ribut memang bikin 'tenang', tapi menggerogoti di dalam. Bernanah.Rusaklah semua.

Saya ingat kejadian seorang kawan yang beribadah umroh. Dia protes ke biro umroh, karena hotel yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan di awal promosi. End up-nya apa? Teman disuruh ikhlas saja daripada 'kualat' karena meminta pertanggungan jawab.

Hmmm....

Saya rasa. Wajar meminta pertanggungan jawab. Apalagi jika merasa dirugikan. Ikhlas itu perlu. Apalagi jika berhubungan dengan di luar kuasa manusia. Seperti : Tiba-tiba perjalanan umroh ada badai hingga perjalanan tertunda. Nggak mungkin dong nuntut biro perjalanan?! Seperti halnya dalam peristiwa kecelakaan. Nabrak itu sudah buat rugi orang lain. Kabur nggak lebih baik. Dan wajar yang dirugikan menuntut, bukan diceramahi ikhlas dan dikatain kikir, kurang sedekah hingga kena musibah.

Nilai-nilai hidup sudah terjungkir balik. Menjadi ksatria bertanggung jawab dan memiliki empati mungkin makin hilang di negeri ini. Semoga anak-anak saya menjadi generasi yang shaleh, berempati, tanggung jawab. Akhlakul karimah. Tahu mana yang baik dan tidak. Dan nggak kebolak-balik memegang nilai-nilai.

Tidak ada komentar: