Kamis, 14 Juli 2011

Ketika ASI harus diganti

Pic From Here
Saya percaya ASI adalah salah satu ciptaan Tuhan yang ajaib. Sekarang gencar sekali iklan ASI. Sama menyebarnya dengan iklan susu formula. Tapi kadang saya merasa kalo kampanye ASI sering menyudutkan ibu yang memberi anaknya susu formula. Setelah saya ngobrol dengan mbak Mia (konselor laktasi) ternyata memang ada kondisi dimana ibu dan bayi harus minum susu formula. 

Sejumlah kecil kondisi kesehatan bayi atau ibu dapat membenarkan alasan untuk ibu tidak menyusui sementara atau permanen. Kondisi ini, yang menjadi keprihatinan sangat sedikit ibu dan bayi mereka, tercantum di bawah ini bersama-sama dengan beberapa kondisi kesehatan ibu yang, meskipun serius, bukan merupakan alasan medis untuk menggunakan pengganti ASI. Kapanpun terdapat pertimbangan untuk menghentikan proses menyusui, manfaat menyusui harus ditimbang dan dibandingkan terhadap risiko yang ditimbulkan oleh adanya kondisi khusus yang terdapat dalam daftar. Uhm, ini sekalian tips ya...kalo-kalo ada rekan yang melahirkan dan nggak room-in, berhak menolak anak diperkenalkan dengan Sufor. Rekomendasi sufor wajar adanya jika sebagai berikut :


Kondisi bayi

(Bayi yang seharusnya tidak menerima ASI atau susu lainnya kecuali formula 
khusus) :
*. Bayi dengan galaktosemia klasik: diperlukan formula khusus bebas galaktosa.
*. Bayi dengan penyakit kemih beraroma sirup mapel / maple syrup urine disease: diperlukan formula khusus bebas leusin, isoleusin dan valin.
*. Bayi dengan fenilketonuria: dibutuhkan formula khusus bebas fenilalanin (dimungkinkan beberapa kali menyusui, di bawah pengawasan ketat).

(Bayi-bayi di mana ASI tetap merupakan pilihan makanan terbaik tetapi mungkin membutuhkan makanan lain selain ASI untuk jangka waktu terbatas) : 

*. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 g (berat lahir sangat rendah).
*. Bayi lahir kurang dari 32 minggu dari usia kehamilan (amat prematur).
*. Bayi baru lahir yang berisiko hipoglikemia berdasarkan gangguan adaptasi metabolisme atau peningkatan kebutuhan glukosa (seperti pada bayi prematur, kecil untuk umur kehamilan atau yang mengalami stres iskemik / intrapartum hipoksia yang signifikan, bayi-bayi yang sakit dan bayi yang memiliki ibu pengidap diabetes)  jika gula darahnya gagal merespon pemberian ASI baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kondisi Ibu
Alasan medis yang dapat diterima sebagai dasar penggunaan pengganti ASI. Ibu-ibu yang memiliki salah satu dari kondisi yang disebutkan di bawah ini harus mendapat pengobatan sesuai dengan standar pedoman.
 
(Kondisi ibu yang dapat membenarkan alasan penghindaran menyusui secara permanen) :
*. Infeksi HIV1: jika pengganti menyusui dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan, dan aman 

(Kondisi ibu yang dapat membenarkan alasan penghentian menyusui untuk sementara waktu) : 
*. Penyakit parah yang menghalangi seorang ibu merawat bayi, misalnya sepsis.
*. Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1): kontak langsung antara luka pada payudara ibu dan mulut bayi sebaiknya dihindari sampai semua lesi aktif telah diterapi hingga tuntas.
*. Pengobatan ibu:
- Obat-obatan psikoterapi jenis penenang, obat anti-epilepsi dan opioid dan kombinasinya dapat menyebabkan efek samping seperti mengantuk dan depresi pernapasan dan lebih baik dihindari jika alternatif yang lebih aman tersedia.
- Radioaktif iodin-131 lebih baik dihindari mengingat bahwa alternatif yang lebih aman tersedia - seorang ibu dapat melanjutkan menyusui sekitar dua bulan setelah menerima zat ini
- Penggunaan yodium atau yodofor topikal (misalnya povidone-iodine) secara berlebihan, terutama pada luka terbuka atau membran mukosa, dapat menyebabkan penekanan hormon tiroid atau kelainan elektrolit pada bayi yang mendapat ASI dan harus dihindari;
- sitotoksik kemoterapi mensyaratkan bahwa seorang ibu harus berhenti menyusui selama terapi.

(Kondisi ibu yang masih dapat melanjutkan menyusui, walaupun mungkin terdapat masalah kesehatan yang menjadi perhatian) :

*. Abses payudara: menyusui harus dilanjutkan pada payudara yang tidak terkena abses; menyusui dari payudara yang terkena dapat dilanjutkan setelah perawatan.
*. Hepatitis B: bayi harus diberi vaksin hepatitis B, dalam waktu 48 jam pertama atau sesegera mungkin sesudahnya (9).
*. Hepatitis C.
*.Mastitis: bila menyusui sangat menyakitkan, susu harus dikeluarkan untuk mencegah progresivitas penyakit 
*. Tuberkulosis: ibu dan bayi harus diterapi sesuai dengan pedoman tuberkulosis nasional 
*. Penggunaan zat2 :
- Penggunaan nikotin, alkohol, ekstasi, amfetamin, kokain, dan stimulan sejenis oleh ibu telah terbukti memiliki
efek berbahaya pada bayi yang disusui;
- Alkohol, opioid, benzodiazepin dan ganja dapat menyebabkan sedasi pada ibu dan bayi.

*Ibu harus didorong untuk tidak menggunakan zat-zat tersebut, dan diberi kesempatan dan dukungan untuk tidak lagi terlibat di dalamnya.

*.sumber : Presentasi WHO dan UNICEF

Tidak ada komentar: