Senin, 20 September 2010

Apakah ini karena rasa takut?

WARNING! BACA DENGAN HATI & RASIO BUKAN DENGAN EMOSI

Beberapa waktu belakangan ini nggak di timeline twitter, nggak di koran, nggak di TV semua bikin saya sedih, miris. Masih terekam diingatan saya, 31 Juli terjadi bentrokan di daerah Rempoa, Bintaro, sampai arteri Pondok Indah. Penyebabnya sangat sepele. Karena bendera ormas tersebut dicabut dan menimbulkan rasa ketidak sukaan. Masalah seperti itu harusnya bisa dikomunikasikan bukan?

Lalu muncul kasus kekerasan sebuah kelompok yang menyerang orang-orang yang tengah berangkat beribadah. Yang begitu kejadian lalu dibilang aksi kriminal biasa oleh kepolisian, belakangan 10 orang anggota ormas yang 'ditakuti' yang ditangkap.

Saya nggak peduli sama ormas yang bersikap arogan dan cenderung lekat dengan kekerasan. Yang saya protes di sini kenapa aksi pemerintah, pejabat berwenang, aparat, terkesan mendiamkan. Ini isu SARA! Yang sangat rentan dan riskan terhadap keharmonisan bangsa. Bahkan ada pemerintah yang mengandeng ormas untuk mengamankan bulan ramadhan kemarin. Bijaksanakah?! Dan akhirnya keresahan masyarakat dijawab oleh seorang ibu yang notabene warga sipil, mbak Fahira Idris. Lha, yang berwenang kemana?!

Dari sejak awal sudah di sadari Indonesia bukan negara untuk satu agama. Indonesia lahir di atas kemajemukan. PANCASILA. Nah, yang saya pikirkan. Kalau ada yang kurang nyaman dengan kemajemukan kenapa nggak pindah aja? -Kalo ngakunya mereka cinta damai-. Pindah kemana? Terserah. Pindah gabung dengan taliban barang kali?!

Anyway, masih ingat tidak sila pertama? UUD 1945 Pasal 29? Kalau lupa saya ingatkan. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. UUD 1945 pasal 29 ayat 1 : "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa". UUD 1945 pasal 29 ayat 2 : " Negara menjamin kemerdekan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu". Lalu kenapa harus ada SKB 3 menteri tentang pendirian rumah ibadah?

Coba baca ini. Apakah iya, ketakutan akan kristenisasi penyebabnya? Ketakutan seperti yang diungkapkan oleh staf administrasi sebuah perguruan tinggi. Kenapa kita takut dengan keimanan kita? Kalo kita takut dengan keimanan kita, bukannya seharusnya kita bertanya pada diri sendiri tentang tingkat keimanan kita? Bukannya menjawab keresahan dengan praduga yang justru berpotensi merusak persatuan dan kesatuan.

Dulu saya sekolah di SMPN 1 Surabaya. Diapit oleh gereja katolik dan Masjid. Mendengar bunyi lonceng dan bunyi adzan. Kalo jumat, yang kristen akan ke gereja, yang muslim ke masjid, setelahnya akan berbaur di jl. Pacar untuk makan siang. Indah sekali.

Inilah keresahan saya. Kenapa kekahwatiran justru dijawab dengan otot? Bukannya Tuhan mengkaruniai kita pikiran, hati, dan mulut untuk berkomunikasi?

Semoga, kita semua bisa mewujudkan rasa saling toleransi. Persatuan dan kesatuan lebih indah dibanding bentrokan. Semoga kedamaian selalu bersama kita. Dan para pengayom masyarakat bisa lebih bijaksana dan mampu memberikan rasa aman dan nyaman buat seluruh warga negara maupun tamu yang ada di Indonesia. Amin!


Tidak ada komentar: