Sabtu, 17 Juli 2010

Perfect Couple - Morning Call

Rintik hujan membasahi bumi semenjak subuh tadi. Hingga jam delapan pagi, matahari tak juga menunjukkan sinar hangatnya. Awan kelabu bergelanyut mengiringi orang-orang berangkat bekerja. Bukan permulaan indah untuk Jumat pagi.

Carissa mengaduk-aduk isi tasnya. Handphonenya dari tadi berbunyi menambah hiruk pikuk jalanan yang merayap.

“Halo!” Sahut Carissa.

“Halo, selamat pagi. Dengan Carissa”.

“Ya?!”

“Saya Monica, dari Perfect Couple. Selamat ya, anda terpilih menjadi sepuluh finalis Perfect Couple

“What?! Halo! Perfect Couple apa? Telponnya putus-putus. Bisa diulangi?” Seru Carissa.

Perfect Couple…tuttt…tuttt…tuuuttt…” Sambungan telpon terputus.

Carissa mengerutkan dahinya. Telpon salah sambung sepertinya. Provider rupanya ikutan cemberut dengan awan yang menghitam di luar sana.

“Pak, berhenti sini saja!” Seru Carissa kepada sopir taksi. Hopeless dengan kemacetan pagi ini. “Ambil kembaliannya!”

Carissa bergegas keluar dari taksi dan membuka payungnya.

Beberapa kali handphonenya berbunyi, namun Carissa tak menggubrisnya.

***

“Pak, ada telepon!”

Aidil mengangkat kepalanya dari laptop. “Siapa?”

“Panitia Perfect Couple!”

“Who?!” Tanya Aidil bingung.

“Ah, kupikir bapak sedang ikut sebuah perjodohan”

“Brakkk!!!” Aidil melempar Koran ke arah pintu masuk. Dan memberi tanda supaya Lia, asistennya, untuk pergi.

“Halo!Aidil di sini”.

“Selamat siang. Akhirnya bisa juga menghubungi bapak. Calon istri bapak susah sekali ditelpon”.

“Calon istri?!”

“Betul. Sebelumnya saya ucapkan selamat. Bapak dan pasangan terpilih menjadi sepuluh finalis Perfect Couple. Bisakah besok sabtu ini, bapak dan pasangan datang ke Wisma Permata untuk wawancara lebih lanjut?”

Aidil terdiam sejenak. “Jadi, saya dan Carissa mesti datang jam berapa?” Ucap Aidil perlahan-lahan. Mengingat-ingat, betulkah calon istri yang dimaksud itu si Carissa.

“Jam sepuluh ya, Pak!” Ucap si penelpon yakin. Berarti betul. Pasangannya si Carissa.

“Oh, oke”. Ucap Aidil tidak menunjukkan kegembiraan sama sekali.

“Selamat berbahagia untuk calon mempelai”.

Aidil tersenyum kecut. “Terimakasih!”

***

Carissa melirik sekilas nomor yang tertera di layar handphonenya. Nomor Aidil. Carissa menggembalikan kembali handphonenya ke saku blazernya dan kembali mengikuti paparan yang di sampaikan oleh bosnya.

Handphone itu tak kunjung diam. Bergetar terus.

Dengan cepat Carissa mengetik pesan singkat

To : 0811376xxx

Gw meeting! Ada apa?

Tak berapa lama ada balasan masuk.

From : 081330111xxx

Lu ditelpon Perfect Couple? Need to meet. Urgent!

Carissa mengerutkan dahinya. “Perfect couple?!” Gumannya.

“Maaf! Ada yang ditanyakan Carissa?” Tanya bosnya.

“Oh, no! Lanjutkan pak”. Carissa memberi senyum salah tingkah.

***

Langit masih juga mendung gelap. Carissa dengan mudah menemukan Aidil di coffee corner lantai satu, gedung tempatnya bekerja.

Sory, hectic!” Ucap Carissa sambil menarik kursi di hadapan Aidil.

Dengan sigap pelayan datang membawakan dua cangkir herbal tea.

“Terimakasih”. Ucap Aidil.

“Ih, kok tahu sih kalo aku lagi kepengen herbal tea?” Ucap Carissa begitu si pelayan pergi.

“Sa, lo nggak kuatir, bingung or something?” Tanya Aidil mengintrograsi.

“Kenapa?”

Perfect Couple?!”

“Oh, apa sih itu?”

Aidil menyadarkan punggungnya. “Lo ingat kejadian enam bulan lalu?”.

Oh, My God!!!” Carissa menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

***

Enam bulan yang lalu.

“Aidil, kenapa sih hidup ini nggak adil banget buat kita berdua?” Tanya Carissa.

“Kalo sampai nanti, kita berdua tak kunjung mendapatkan pasangan…kita nikah saja yuk Sa?” Ajak Aidil.

“Iya. Labih baik begitu. Kamu! Sahabat terbaikku”.

“Eh, itu apaan sih?” Tanya Aidil menunjuk gedung di seberang.

Perfect Couple Audition” Carissa membaca tulisan di Spanduk yang menempel di gedung seberang.

“Ikutan yuk!” Ajak Aidil.

Carissa membulatkan matanya.”Yuk!!!”

***

“Aidil, kita harus menikah?” Tanya Carissa yang nampak terkejut.

Aidil hanya mengangguk.

No way!!! Kita ini sahabat. Nggak saling mencintai. Kenapa kita harus menikah? Wait…!!!” Carissa mencari handphonennya dan segera menelusuri panggilan masuk.

“Nelpon sapa?” Tanya Aidil.

Carissa hanya memberi tanda tunggu. “Halo, panitia perfect couple?”

Sapa Carissa. “Bolehkah saya bertanya? Jika ada finalis mengundurkan diri, apa yang terjadi?”

Lama sekali Carissa menerima penjelasan. “Oh, terimakasih atas penjelasannya”.

“Ada penalti” Ucap Carissa begitu menutup telponnya.

Mereka berdua saling berdiam. Sunyi. Hanya suara rintik air yang terdengar dari luar sana.

I am dating someone”. Ucap Carissa perlahan.

***

Tidak ada komentar: