Batik berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak - menggunakan canting atau cap dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak "malam" yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Teknik membatik -yang diakui UNESCO- ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan (polyester). Kain yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini dikenal dengan kain bercorak batik - biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak (print) - bukan kain batik. Walo ada yang yang bilang teknik printing adalah bunuh dirinya para pengerajin batik. Bagi saya nggak masalah. Asal bukan printing made in China :p
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa
Beberapa motif batik :
Batik Jawa Hokokai. Dibuat dengan teknik tulis semasa pendudukan Jepang di Jawa (1942-1945). Ia berupa kain panjang yang dipola pagi/sore (dua corak dalam satu kain) sebagai solusi kekurangan bahan baku kain katun di masa itu. Ciri lain yang mudah dikenali adalah pada motifnya. Motif kupu-kupu, bunga krisan, dan detail yang bertumpuk menjadikan Batik Jawa Hokokai menempati posisi karya seni yang mulia. Batik jenis Jawa Hokokai biasanya dikerjakan oleh lebih dari 10 orang yang masing-masing memegang peran proses pembatikan yang berbeda. Sistem padat karya seperti ini juga memungkinkan para pekerja di industri batik tidak di PHK. Kemiskinan dan kesulitan akibat Perdang Dunia ke-II nyata-nyata memengaruhi seni Batik di Indonesia.
Batik Tiga Negeri dikenal lewat warnanya yang terdiri dari tiga bagian. Ada biru, coklat/sogan, dan merah. Batik ini kadang dikenal sebagai Batik Bang-Biru atau Bang-Bangan untuk variasi warna yang lebih sederhana. Ada yang mengatakan kalau pembuatan batik ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda. Biru di Pekalongan, Merah di Lasem, dan Sogan di Solo. Sampai sekarang kerumitan detail Batik Tiga Negeri sukar sekali direproduksi.Batik Lasem dikenal karena warna merahnya yang khas. Di Lasem (Jawa Timur) sendiri, pengrajin batik sudah sangat berkurang. Beberapa kolektor menyebut Batik Lasem adalah batik yang tercantik diantara yang lain. Batik ini juga menjadi penanda pencampuran dua budaya, Jawa dan Cina. Lucky me, I have one from my grandma.
Desain yang terpengaruh Eropa
Ini Favorit saya. Motif kawung adalah salah satu motif tertua yang dikenal di dalam pembuatan batik, paling tidak sejak abad ke-13. Motif ini berupa lingkaran-lingkaran yang saling menempel. Beberapa ornamen dekorasi lainnya, seperti garis-garis yang bersilangan atau titik-titik, kadang diletakkan di dalam lingkaran itu. Motif ini dahulu terbatas hanya dipergunakan oleh keluarga keraton Yogyakarta saja.Batik tradisional parang di lingkungan Kasultanan Yogyakarta mempunyai ciri khas dalam tampilan warna dasar putih yang mencolok bersih. Pola geometri kraton Kasultanan Yogyakarta sangat khas, besar-besar, dan sebagian diantaranya diperkaya dengan parang dan nitik. Sementara itu, batik di Puro Pakualaman merupakan perpaduan antara pola batik Kraton KasultananYogyakarta dan warna batik Kraton Surakarta.Jika warna putih menjadi ciri khas batik Kasultanan Yogyakarta, maka warna putih kecoklatan atau krem menjadi ciri khas batik Kraton Surakarta. Perpaduan ini dimulai sejak adanya hubungan keluarga yang erat antara Puro Pakualaman dengan Kraton Surakarta ketika Sri Paku Alam VII mempersunting putri Sri Susuhunan Pakubuwono X. Putri Kraton Surakarta inilah yang memberi warna dan nuansa Surakarta pada batik Pakualaman, hingga akhirnya terjadi perpaduan keduanya.
Dan banyak lagi motif...sidomukti atau sidoluhur dipakai pada pernikahan
Ayah nenek buyut saya adalah mantan pengusaha batik. Tentu nenek buyut saya bisa membatik. Namun sayang dan sedikit menyesal kami tidak melanjutkannya. Saya dan adik tentu saja diajarkan membuatkan batik tulis. Yah, cuman baru kelas sapu tangan. Hahaha...bikinnya menguras emosi dan kesabaran. Emosi karena panas dari kompor pembakaran malam dan sabar saat menggerakkan canting. Hehehe...tapi saya selalu cinta 'aroma' batik tulis. Next, jika saya menikah...mungkin akan memadukan sido luhur dengan songket :p
HAVE NICE BATIK DAY...!!!
*. Dari beragam sumber, kalo salah mohon dibetulkan ya ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar