Kamis, 22 November 2018

Bitung

Topik hari ke-3 #BPN30daychallenge2018 tentang cerita pemilihan nama blog. Uhm, I don't think it gonna be interesting because just prime-a is about just-prima, gitu lho. So, I'll pick alternative topic as a subject today.

Semenjak menikah dan mengikuti suami, saya berkesempatan mencicipi rasanya tinggal di kota lain. Saya sendiri bukan tipikal orang yang bakalan plesiran ke kota lain. Apalagi kota tujuannya buka kota mainstrem. Wong niat ke Banyuwangi sampai sekarang hanya sekedar wacana, belum juga  dieksekusi.

Bitung. Bitung yang di Sulawesi utara, ya. Jangan salah. Banyak yang tidak bisa membedakan antara Bitung dan Belitung. Bitung di Sulawesi, Belitung di Sumatera..... so far away yes. Ada juga yang menganggap Bitung itu Bitung di Tangerang. Bukan! Bitung yang di Sulawesi utara. Mungkin Bitung ini familiar buat teman-teman divers, karena untuk mencapai pulau Lembeh, startnya ya dari pelabuhan Bitung. Untuk mencapai Bitung biasanya wisatawan akan landing dulu di bandara Sam Ratulangi, Manado, lalu perjalanan darat sekitar sejam. Ya, semacam Surabaya-sidoarjo, lah.

Menurut sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon, Oncosperma tigillarium syn. O. Filamentosum, Nibung. Yang banyak tumbuh di daerah utara pulau Sulawesi. Sekilas saya ngga bisa bedakan itu dari pohon kelapa karena mirip. Di Bitung suku mayoritasnya Minahasa etnis Tonsea. Industri yang berkembang pesat adalah perikanan. Betul-betul syurganya seafood. Dan juga industri minyak kelapa.
Pic From Here
Yang Sebagai Simbol Persaudaraan



Patung ikan cakalang ini iconic sekali. Kalo tidak salah ini CSR-nya Indofood karena Bitung penghasil ikan cakalang terbesar di Indonesia. Mirip tongkol ya? Hahaha....kalo kamu beranggapan begitu, kamu tidak sendrian. Pertama kali saya juga mikir, kenapa tongkol? Tongkol dan cakalang bersepupuan.

Satu lagi yang iconic di Bitung, tempat wisatawan foto-foto. Yakni mini Eiffel tower di jalan Sam Ratulangi. Konon katanya, dibangun eiffel karena sang walikota pernah mengenyam pendidikan di Paris. Jadi buat nostalgia. 


Dan satu lagi yang menurut saya iconic dari kota Bitung, adalah pasar tua. Sebenarnya banyak sih tempat-tempat yang bisa dikunjungi, bagi pencinta olahraga air. Kalo pupuk bawang dalam olahraga air, kuliner adalah alternatif yang patut dicoba.



Namanya juga pasar jadi jauh dari pemandangan yang  fancy. Tapi bersih, nyamanlah untuk makan. Yang dijual tentu saja hidangan laut ya, seperti yang saya bilang di atas, mereka syurganya seafood. Harganya relatif murah dibanding surabaya. Yaiyalah. Namun rasanya yummy. Biasanya ikan-ikan ini dibakar saja tapi kalo mau boleh dicoba masak woku belanga khas Sulawesi utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar