Kamis, 29 Agustus 2013

Bukan Cinca Lawra


Minggu lalu saat nganter LiLo imunisasi ketemu sama Balita (Usia TK, lah) hasil nikah campur. Ibunya orang Indonesia asal Jakarta - Tapi namanya ada Tobingnya. Jadi dia orang mana? Lhaa...dibahas - dan bapaknya dari Inggris sana. Saya kagum karena si anak sama sekali nggak Cinca Lawra. He-eh....bahasa Indonesia bagus bener. Nggak dicampur-campur. Ibunya juga gitu cara ngomongnya. Kupikir anak hasil nikah campur ya bakalan kayak Cinca Lawra gitu. Dan tentu saja saya salah pemirsah *Korban TV*

Penasaran makanya saya nanya. Si ibu ketawa-ketiwi dong dengan pertanyaan daku. Ternyata pasangan itu menerapkan OPOL. One Person, One Language. Kalo hasil googling itu begindang artinya : The “one person, one language” approach is a popular method adopted by parents attempting to raise simultaneous bilingual children. With the “one person, one language” approach, each parent consistently speaks only one of the two languages to the child. For instance, the child’s mother might speak to him or her exclusively in French, while the father might use only English. Nah, si ibu konsisten ngomong pake bahasa Indonesia dan si ayah konsisten ngomong Inggris.

Kalo hidup di Indonesia dan ibu berbahasa Indonesia, lumayan gampil ya konsistennya. Kebayang kalo di London sana. Si anak bakal bilang: "Train....train..." dan mamaknya musti benerin "Itu kereta api...ke..re...ta...a...pi" :p Pernah sih baca artikel di Parents, Penggunaan bahasa ibu penting sekali demi kelancaran berbahasa anak kelak. 

Lanjut lagi ke si ibu dan anak bule tadi, dia juga sering-sering membaca buku bareng anak. Gak punya buku bahasa Indonesia? Ya gak masyalaaahhh. Cari aja buku, dalam bahasa apapun, yang banyak gambarnya. Kemudian gunakanlah gambar-gambar tersebut untuk merangkai cerita dalam bahasa Indonesia. Membaca buku mendukung proses belajar bahasa anak. Karena itu harus dilakukan sedini mungkin. TV dan video game sangat tidak dianjurkan. Sebisa mungkin no TV untuk anak dibawah 2 tahun. Untuk anak usia sekolah jangan lebih dari 2 jam (TV, video games, computer, internet, ditotal semua maksimal 2 jam). Sungguh dengkul saya gemetar mendengarnya. Apa kabarnya daku yang hobi ngendon depan TV dan berjam-jam surfing di internet??? *Nangis di bahu mas Sugik*

*.Sayang, daku nggak nyali moto si ibu dan anak. Maluuuuu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar