Life isn't cheap. SEMANGAT!

Yup. Liam dan Logan tidak ASIX.

Kalo sudah pernah merasakan sufor, ya bukan ASIX, kan?

Sepanjang hamil, ketakutan terbesar saya bukan proses melahirkan tapi proses pemberian ASI. Dari tahun 2010 belajar per-ASI-an menyadari drama pemberian ASI itu beraneka rupa. Dan begitu tahu hamil kembar, saya sering galau masalah ASI. Harusnya sih nggak boleh galau biar nggak 'menarik' untuk terjadi, sih yaaaaa. *Stupid me*

Karena galau, saya demen baca beragam artikel tentang ASI. Memasukkan affirmasi bahwa saya bisa ngasih ASI. Alhamdulillah IMD bisa dibilang sekseis. Pelekatan pertama saat menyusui juga lantjar jaya. Tapi...masalah terjadi saat saya musti menyusui tendem. Yaaa...begitulah konsekuensi anak kembar. Posisi tendem dan posisi menyusui tunggal tentunya berbeda. Ya salammmm. Lukalah puting sampai berdarah-darah dan terjadi penyumbatan. Badan? Tentunya meriang ya bo'. Tapi dasar ya bego, ga langsung ke klinik laktasi, malah nanya ke 'orang awam' (bukan ahli) nasehatnya: Gpp susui aja terus. Gojreng torejrengggg. Berakhir dengan drama LiLo nangis ga kelar-kelar. Minta nenen mulu (mungkin growth spurt juga). Dan semakin lukalah itu puting dan bernanah T_T Rasanya? Tentu saya nangis karena sakit dan patah hati. Apalagi 'militan' asi selalu bilang: "Memang harus pake nangis kesakitan proses ngASI". Astagfirullah. Harus? HARUS?!

Ga tahan, akhirnya saya ke klinik laktasi di Husada utama. Itu hari ke-10 setelah Lilo ada. Di klinik dikompresin air hangat dan  dingin (di rumah udah di kompres juga sih :p) diajari cara pelekatan. Yang seneng diajakin ngobrol dan dipijat. Huaaa...berasa beban ini diangkat. Tapi juga dilema karena disarankan itu nenen yang bernanah ga bisa dipake nyusui. Air susunya tetap diperah tapi tidak boleh disusukan. Drama baru dimulai. Saat kontrol ke dokter anak, berat badan mereka turun. Analisanya karena hindmilk dan foremilk nggak maksimal (IYALAH 1 PAYUDARA BUAT 2 ORANG). Huaduhhh!!! Berasa ibu durhaka. Dokter Hartojo bilang musti dibantu ASI donor atau sufor. Konsul ke dr.Tiwi juga gitu, kalo ga ada kenaikan berat badan musti harus ada bantuan. Disuruh konsul lebih lanjut sama DSA.

Rasanya?

Saya patah hati. Nangis karena merasa gagal jadi ibu. ASI merembes tapi nggak bisa buat nyusui. Memerah ASI nangis, nyusui (yang sebelah masih bisa dipake nyusui) terharu karena ngerasa nggak maksimal. Nyuci botol sufor pun nangis. Halah segala tangisan bombay, new delhi, dijabani. Belum lagi ada pertanyaan yang menyayangkan kenapa daku ga pake donor ASI? Saya punya sepupu yang lahiran sama tapi minta donor juga ada batasnya. Sepupu kerja dan ASIP juga buat anaknya kan? Apalagi anak saya 2. Donor orang asing? Sayangnya ga ada 'jaminan kesehatan tertulis'. Yang ngehe, dinyinyirin 'Udah minta donor, rewel lagi nanya-nanya'. Makkkk...udah nggak bisa nyusui itu heart break apalagi kalo sampe terkontaminasi hepatitis. Ga usah jauh-jauh bicara HIV ya nekkk. Naudzubillah.

Kata seorang 'kawan', “Kamu sih kurang berjuang” :-)

But...need move on and smile.

Dibantu home visited AIMI JATIM sama dr. Maya, juga dr. Tita dan Astrid. Akhirnya pemberian ASI lancar kembali. ALHAMDULILLAH.

Alhamdulillah sekarang kedua payudara bisa berfungsi maksimal. Walo tendem jaya itu capekkkkkk sodara. Berasa dipasung :p sedikit-sedikit bisa merah walo kejar tayang. Merah subuh dipakenya tengah malam. Tengah malam musti duduk dengan dua tangan pegang bayi kanan kiri itu riskan cidera :p *bilang aja ngantuk* Kalo bisa, saya mau 24 jam saya bisa tidak tidur dan stamina tetap fit. *Lha, dikata terminator?*

 

Life isn't cheap yaaa. Ini video juga bagus buat disimak : 

Breast Milk versus Formula from Simon Rasing on Vimeo.